SURAT TERBUKA UNTUK REKTOR UINSA DARI POJOK KAMAR

Assalamualikum Wr. Wb
Teruntuk Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya bapak Prof. Dr. Abd. A'la. M.Ag.
Bismillahirrohmanirrohim,
Atas nama mahasiswa UINSA yang tidak dipenuhi haknya.  Kami ingin menyampaikan apa yang ada dalam benak kami selama ini dan apa yang menjadi keluh kesah kami selama ini.
Bapak rektorku yang terhormat, Sudah tiga bulan ini kami bolak balik ke gedung  anda untuk sekedar minta hak kami sebagai mahasiswa, kami tidak banyak meminta apalagi mengiba. Kami hanya memohon penuhilah hak kami sebagai mahasiswa.
Bapak rektorku yang terhormat, apakah anda pernah memperhatikan atau bahkan menanyakan keadaan dan nasib mahasiswamu selama ini seperti apa?
Sedikit saja pak rektor, apakah anda pernah melihat dan memperhatikan mahasiswamu yang tinggal di pinggir pinggir teras gedung fakultas karena tidak mempunyai tempat untuk organisasinya?, Kalau musim hujan mereka terkana air karena tinggal dipinggir selogan, kalau musim panas mareka kepanasan karena tinggal ditempat tanpa atap dan tanpa dinding?.
Bapak rektor, apakah anda tahu bahwa mahasiswamu ada yang seperti pengemis yang diusir dari kantor UKM nya karena masa kontrak sudah habis? Dan tidak ada yang bisa bertanggung jawab?
Bapak rektor, apakah anda tahu kalau mahasiswamu diperlakukan seperti pengemis yang apabila masuk ke gedungmu hanya dicuekin dan tidak dilayani dan bahkan dibentak???
Bapak rektor, apakah anda tahu orang orang disekelilingmu banyak yang membohongi kami??? Mulai dari ajudanmu, dekan-dekanmu,  staf di rektoratmu atau bahkan bapak juga ikut membohongi kami?
Bapak rektor, sadarkah akan hal itu?? Dan masih adakah hati nuranimu??.
bapak rektor, tempatmu sangat megah seperti singgasananya para raja. ruangamu ber-Ac, bersih dan tertata rapi. Dan kau sepertinya sangat menikmati empuknya kursi.
Tapi tahukah anda Bapak rektor, kalau ruangan belajar mahasiswamu bak kandang itik yang sudah tidak layak ditempati. Ruangannya tak berfentilasi, AC-nyapun sudah mati, LCD sudah tidak berfungsi, kursinyapun sudah rusak yang tak layak diduduki.
Bapak rektor. Tampilan kampusmu dari depan sangat megah dan mewah, tapi tahukah kamu Bapak rektor, dibelakang gedung megahmu itu banyak gedung fakultas yang kumuh dan tidak terawat. Sampahnya berserakan dimana mana, parkiran dibelakang gedungmu juga tidak tertata.
Okelah Bapak rektor, kami cukup mengapresiasi terhadap pencapaian anda. Karena banyak gedung yang telah anda bangun dan bahkan masih banyak yang akan dibangun, seperti kampus dua UINSA, pembangunan perpustakaan digital dan lain sebagainya. Tapi apa yang anda upayakan dan berikan untuk membangun mahasiswa??

Bapak rektor. Cita cita anda begitu tinggi hingga melangit, tapi anda lupa membumi. Padahal anda nanti juga akan kembali ke bumi.
Bapak rektor, kami para mahasiswa membayar UKT (Uang Kuliah Tunggal) dengan segitu mahalnya. Tapi apa yang kalian berikan sebagai timbal balik kepada kami para mahasiswa yang membayar anda??
Lihatlah bapak rektor, kualitas dosenmu dibawah rata rata, pelayanan semua petugasmu kepada mahasiswa juga tidak perima, fasilitas ruang belajar dikampusmu juga tidak ada. Lcd mati, AC mati, kursi sudah tak layak diduduki.
Bapak rektor, sadarkan anda kalau dalam uang pembayaran UKT itu mengalir keringat orang tua kami?? Hasil jerih payah orang tua kami? tak panas ya tak hujan mereka kerja untuk membiayai kami. Tapi apa penghormatan anda pada usaha orang tua kami?. Sangat tidak seimbang pak.
Dibulan puasa yang suci ini bapak rektor, kami berjanji  semua ini akan kami tagih nanti. Di dunia bolehlah anda bersilat lidah memberi berbagai alasan dan segudang harapan palsu, tapi tidak nanti di akhirat pak. Biidznillah, Jika anda, dekan dekan anda, staf staf anda bahkan juga dosen dosen anda punya taqdir masuk surga, maka kamilah orang pertamakali yang akan menarik dan menghadang anda masuk surga dan akan kami minta pertanggung jawaban dihadapan tuhan dan semua orang tua mahasiswa.
Bapak rektor,  pernahkah anda berfikir dan merenung seperti apa nasib orang tua kami yang bekerja?? Mereka tidak seenak anda pak yang duduk diatas singgasana dan ruangan ber-AC. Mereka kepanasan, kadang kehujanan, mereka juga kelelahan, bahkan mereka kadang harus menahan lapar untuk mencari uang. cobalah pak rektor bayangkan kalau mereka itu diri anda. Bayangkan anda jika menjadi kuli, bayangkan jika anda menjadi tukang becak, bayangkan jika anda menjadi petani. Mereka semua tidak sebaik nasibmu pak rektor.
Anak anak mereka disekolahkan dikampus ini agar tidak sama nasibnya. Agar bisa naik derajat dan martabatnya. Tapi apakah pak rektor memperlakukan mereka sebagaimana mestinya?? Apakah bapak menjaga amanah orang tua mahasiswa? Ingatkah itu bapak rektor???
Tulisan ini hanya sebatas pengingat saja untuk bapak rektor, siapa tahu karena tidak pernah membaca media kampus dan tidak mau menemui mahasiswa yang ingin bertemu, hingga tidak paham kondisi kampus. dan lupa untuk mengurusi kampus.
Terimakasih dan mohon maaf bapak rektor. Selamat beraktifitas kembali dan semoga tuhan mengiringi langkah anda.
Wassalamualikum Wr. Wb
Surabaya, 6 Juni 2017
oleh : Ach. Annur
Surat untuk rektor dari pojok kamar

Komentar

  1. Oh, bagus juga tulisan keluh-kesah ini. Tapi, mungkin ada yang pro dan kontra atas tulisan ini.

    Dari saya tambahan, dahulu sejak masih saya baru kuliah 2010, di IAIN memiliki semacam kamar-kamar untuk BEM dan organisasi intra kampus, itu tuh yang dijadikan gedung semi-media (aku menyebutnya begitu untuk dua gedung yang berdiri di bagian sisi selatan fakultas Adab karena tampak seperti malfungsi, bukan multimedia lagi: rusak, tak terwat, bocor).
    Dahulu, pada ketika saya masih kuliah di sana, aktivitss kampus pada malam hari untuk diskusi masih hangat. Bahkan, terlebih pada siang hari.
    Dan sepertinya, peniadaan segala infrastruktur organisasi kampus yang terlantar itu bagian dari politik: kurang paham soal itu, hanya dugaan yang bisa benar juga bisa salag. Dugaan semacam ini, saya mengambil analogi-analogi yang saya baca tentang politik kekuasaan atau otoritas.
    Sebagaimana pandanganku, UIN saat ini megah secara struktural, tapi secara kultural lebih megah pada masa IAIN.

    Ya, semoga surat ini ditanggapi positif oleh rektor dan pihak pegawai kampus yang tempat mereka duduk dan makan dipasok dari dana pendidikan jerih payah orangtua serta tidak dikaitkan dengan persoalan lain atas kelahiran surat ini. Kadang dibesar-besarkan penuh kesalahan bagi penulis.
    Saya teringat pada demo yang dikomando oleh Marlaf Sucipto beberapa tahun yang silam, isu yang berkembang lahir penyudutan pada Marlaf bahwa santri melawan kiai (baca: pesantran). Ini yang tidak fair, bagi pembaca harus bisa membadakan geografis suatu peristiwa dalam menghakimi suatu persoalan.

    BalasHapus
  2. Subhanalloh.. Ada apa ini? Dan mengapa keluh kesah ini sampai terjadi.?
    Aku pernah masuk ke kampus sana karena begitu indah fasilitasnya, sangat berkualitas informasinya, dan itu memang ia, tapi sepertinya karena mereka disana terpenuhi oleh semangatnya dan kepeduliannya kepada orang tuanya. Namun disisi lain pas kami memperhatikan lingkungan aktifitasnya dan kulturnya sepertinya sudah mulai terpaksa dan sengsara, bahkan tidak sperti dahulu kala (setelah kami melakukan obesarvasi). Dan kini disana sudah mulai mengalami dekradasi dalam pengayomannya dari pihak atasan.

    BalasHapus
  3. Subhanalloh.. Ada apa ini? Dan mengapa keluh kesah ini sampai terjadi.?
    Aku pernah masuk ke kampus sana karena begitu indah fasilitasnya, sangat berkualitas informasinya, dan itu memang ia, tapi sepertinya karena mereka disana terpenuhi oleh semangatnya dan kepeduliannya kepada orang tuanya. Namun disisi lain pas kami memperhatikan lingkungan aktifitasnya dan kulturnya sepertinya sudah mulai terpaksa dan sengsara, bahkan tidak sperti dahulu kala (setelah kami melakukan obesarvasi). Dan kini disana sudah mulai mengalami dekradasi dalam pengayomannya dari pihak atasan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilu Raya UINSA Dituding Mengotori Nilai Demokrasi

Mahasiswa Angkatan 2016 Mendeklarasikan Golput Pada PEMILU RAYA Tahun Ini